Emas (XAUUSD) Juli 2025: Prediksi SimpleStrategy Pada Bulan Juli! Menuju $3.400?

14:29 WIB • 8 Juli 2025 • Oleh Ardra Priya

Harga emas (XAUUSD) memasuki bulan Juli 2025 pada titik krusial, diperdagangkan di sekitar level US$3.335 per troy ons setelah sepekan perdagangan yang volatil. Trajektori harga logam mulia ini dalam beberapa minggu ke depan diperkirakan akan ditentukan oleh pertarungan sengit antara dua kekuatan makroekonomi yang berlawanan. Di satu sisi, eskalasi kebijakan perang dagang Amerika Serikat, yang kini menargetkan sekutu ekonomi utama seperti Jepang dan Korea Selatan, secara signifikan meningkatkan daya tarik emas sebagai aset safe haven. Ketidakpastian ini diperparah oleh tenggat waktu negosiasi dagang antara AS dan Uni Eropa yang semakin dekat, yaitu pada 9 Juli, yang berpotensi memicu gejolak pasar lebih lanjut.

Di sisi lain, sentimen bullish ini menghadapi hambatan kuat dari penguatan Dolar AS (USD), yang juga berfungsi sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. Penguatan USD ini didukung oleh sikap Federal Reserve yang cenderung hawkish, di mana bank sentral AS tersebut menghadapi dilema kebijakan: menahan laju inflasi yang berisiko meningkat akibat tarif impor, sambil menghadapi tekanan politik untuk melonggarkan kebijakan moneter.

Dalam konteks ini, target harga US$3.400 per troy ons yang diprediksi oleh "SimpleStrategy By SimpleCuan" dinilai sebagai skenario yang masuk akal, namun pencapaiannya sangat bergantung pada serangkaian katalis spesifik. Target tersebut sejalan dengan beberapa proyeksi skenario bull case dari lembaga keuangan internasional. Namun, untuk mencapainya, sentimen penghindaran risiko (risk aversion) yang didorong oleh eskalasi perang dagang harus cukup kuat untuk mengalahkan tekanan dari penguatan Dolar AS. Oleh karena itu, pasar emas pada Juli 2025 dicirikan oleh risiko peristiwa (event risk) yang tinggi dan potensi volatilitas yang signifikan. Para pelaku pasar disarankan untuk memantau dengan cermat hasil negosiasi AS-UE pada 9 Juli dan rilis data inflasi konsumen (CPI) AS pada 15 Juli, karena kedua peristiwa ini kemungkinan besar akan menentukan arah pergerakan harga emas selanjutnya.

Analisis Pasar Emas Terkini: Tinjauan Teknikal dan Kinerja Harga

Untuk memahami prospek ke depan, penting untuk terlebih dahulu membedah struktur pasar emas saat ini melalui lensa analisis teknikal. Kinerja harga terkini menunjukkan adanya fase konsolidasi setelah tren kenaikan yang kuat sepanjang tahun, dengan level-level support dan resistance krusial yang akan menentukan pergerakan harga selanjutnya.

Tinjauan Kinerja Harga

Harga emas menunjukkan kinerja yang sangat kuat sepanjang tahun 2025, dengan kenaikan year-to-date (YTD) mencapai lebih dari 27%. Kenaikan substansial ini menggarisbawahi adanya tren bullish fundamental yang didorong oleh faktor makroekonomi. Namun, dalam jangka waktu yang lebih pendek, kinerja satu bulan terakhir menunjukkan sedikit pelemahan sekitar -0.49%, menandakan bahwa pasar sedang berada dalam fase konsolidasi atau mengalami pullback minor setelah reli yang panjang.

Aksi harga pada awal pekan lalu mencerminkan dinamika ini. Emas sempat anjlok ke bawah level psikologis US$3.300 sebelum berhasil rebound dan menutup perdagangan mingguan di level US$3.335,97 per troy ons. Kemampuan harga untuk pulih dari level terendah menunjukkan adanya minat beli yang kuat di sekitar area support kunci, namun kegagalan untuk menembus level resistance yang lebih tinggi mengkonfirmasi adanya tekanan jual yang juga signifikan.

Identifikasi Level Harga Kritis

Analisis teknikal mengidentifikasi beberapa level harga kunci yang menjadi medan pertempuran antara bulls dan bears. Level-level ini berfungsi sebagai penanda penting untuk potensi kelanjutan tren atau pembalikan arah.

Zona Support (Area Penyangga):

Zona Resistance (Area Rintangan):

Level-Level Teknikal Kunci untuk XAUUSD - Juli 2025:

Analisis Momentum dan Pola

Pasar saat ini digambarkan oleh banyak analis berada dalam fase "konsolidasi" atau "aksi sideways yang volatil" di dalam sebuah tren naik yang lebih besar. Indikator momentum seperti Relative Strength Index (RSI) harian dan mingguan berada di atas level 50, yang secara umum mengindikasikan tren masih bullish, namun belum memasuki wilayah overbought yang ekstrem. Hal ini menunjukkan bahwa tren naik masih utuh dan memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi. Namun, beberapa analis mencatat bahwa RSI bulanan sempat berada di level "sangat overbought" pada awal tahun, yang membuat fase konsolidasi saat ini menjadi sebuah proses penyesuaian yang sehat.

Adanya pola teknikal yang saling bertentangan, seperti potensi pola bearish "Rising Wedge" versus pola bullish "breakout dari descending channel," menyoroti kebingungan di pasar. Ini menunjukkan bahwa baik kubu bulls maupun bears dapat membangun argumen teknikal yang valid untuk mendukung pandangan mereka.

Secara keseluruhan, gambaran teknikal bukanlah sebuah tren satu arah yang jelas, melainkan sebuah pasar yang sedang berhenti sejenak untuk mencerna berita fundamental penting sebelum menentukan langkah besar berikutnya. Harga saat ini terkompresi di antara support SMA 50-hari dan resistance US$3.350. Pola kompresi seperti ini sering kali mendahului pergerakan harga yang eksplosif. Dengan sinyal teknikal yang beragam, katalis fundamental kemungkinan besar akan menjadi pemicu utama yang akan menentukan arah penembusan dari rentang konsolidasi ini.

Faktor Pendorong Fundamental (I): Eskalasi Perang Dagang dan Risiko Geopolitik

Faktor pendorong utama yang menopang harga emas saat ini adalah meningkatnya risiko geopolitik global, yang dipicu oleh kebijakan perdagangan agresif pemerintahan AS. Perkembangan ini secara langsung meningkatkan status emas sebagai aset safe haven utama.

Front Baru di Asia: Tarif terhadap Jepang dan Korea Selatan

Ketakutan pasar akan perang dagang kembali memuncak setelah Presiden Trump secara resmi mengumumkan pengenaan tarif impor sebesar 25% terhadap seluruh barang yang berasal dari Jepang dan Korea Selatan. Kebijakan ini dijadwalkan akan mulai berlaku efektif pada 1 Agustus 2025. Pengumuman ini mengakhiri spekulasi dan mengkonfirmasi bahwa AS siap mengambil langkah konfrontatif bahkan terhadap sekutu strategisnya.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah mekanisme eskalasi yang tertanam dalam kebijakan ini. Surat resmi yang dikirimkan kepada para pemimpin kedua negara tersebut memuat peringatan keras: setiap tindakan balasan dalam bentuk kenaikan tarif dari pihak Jepang atau Korea Selatan akan secara otomatis ditambahkan di atas tarif 25% yang sudah dikenakan oleh AS. Klausul ini menciptakan dinamika yang sangat tidak stabil dan berisiko memicu spiral perang dagang yang sulit dikendalikan.

Iklim Geopolitik yang Lebih Luas

Ancaman perdagangan ini tidak berhenti di situ. Pemerintahan AS juga telah menyuarakan potensi pengenaan tarif 10% terhadap negara-negara yang dianggap mendukung "kebijakan anti-Amerika BRICS". Langkah ini secara efektif memperluas konflik perdagangan menjadi konfrontasi geopolitik dan ideologis yang lebih besar. Hal ini memaksa negara-negara lain untuk memilih pihak dan berisiko memecah belah tatanan ekonomi global yang telah mapan.

Tindakan-tindakan ini merupakan bagian dari tren de-globalisasi yang lebih luas dan pergeseran tatanan geoekonomi. Dalam lingkungan seperti ini, peran emas sebagai aset cadangan yang netral, non-sovereign, dan tidak terikat pada kebijakan satu negara menjadi semakin penting dan relevan.

Kebijakan perdagangan AS saat ini telah bertransformasi dari sengketa transaksional biasa menjadi sebuah "senjatisasi perdagangan" (weaponization of trade) yang digunakan sebagai alat utama kebijakan luar negeri. Sengketa tradisional biasanya berfokus pada barang atau industri tertentu. Sebaliknya, kebijakan saat ini menerapkan tarif yang luas dan menyeluruh terhadap seluruh perekonomian, termasuk sekutu-sekutu kunci. Ancaman untuk menambahkan tarif balasan di atas tarif yang ada mengubah dinamika dari negosiasi menjadi paksaan, menciptakan lingkungan ketidakpastian yang ekstrem.

Lebih jauh lagi, ancaman tarif "anti-BRICS" secara eksplisit mengaitkan kebijakan perdagangan dengan keberpihakan geopolitik, yang secara fundamental merusak tatanan global berbasis aturan. Lingkungan ini secara inheren mengikis kepercayaan terhadap sistem keuangan yang berpusat pada Dolar AS. Jika akses ke pasar AS dapat dibatasi karena alasan politik, negara-negara lain akan memiliki insentif kuat untuk melakukan diversifikasi cadangan devisa dan hubungan dagang mereka, menjauh dari ketergantungan pada dolar.

Ini adalah inti dari tren "de-dolarisasi" yang disorot oleh banyak analis. Emas, sebagai aset di luar sistem tersebut, menjadi penerima manfaat utama dari erosi kepercayaan sistemik ini. Nilainya tidak lagi hanya sebagai lindung nilai terhadap volatilitas jangka pendek, tetapi sebagai jangkar stabilitas jangka panjang di dunia di mana aturan main ekonomi dan politik sedang ditulis ulang. Hal ini memberikan dorongan struktural yang kuat bagi harga emas, menunjukkan bahwa "lantai harga" (price floor) untuk emas kemungkinan telah bergeser ke level yang lebih tinggi secara permanen.

Faktor Pendorong Fundamental (II): Arah Kebijakan Moneter The Fed dan Data Ekonomi AS

Sementara risiko geopolitik memberikan dorongan bullish, prospek kebijakan moneter Federal Reserve dan kekuatan Dolar AS menjadi faktor penyeimbang yang kuat, sering kali bertindak sebagai penekan harga emas.

Dilema Kebijakan The Federal Reserve

Bank sentral AS saat ini berada dalam posisi yang sangat sulit. Di satu sisi, The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di level 4,50%. Di sisi lain, Ketua The Fed Jerome Powell secara eksplisit menyatakan bahwa rencana tarif pemerintahan Trump merupakan faktor yang mempersulit kebijakan. Ia mengindikasikan bahwa The Fed mungkin sudah akan memangkas suku bunga jika bukan karena potensi dampak inflasi dari tarif tersebut. Hal ini menyoroti dilema utama The Fed: kebijakan perdagangan yang berpotensi mendorong inflasi (melalui biaya impor yang lebih tinggi) memaksa bank sentral untuk tetap bersikap hawkish, meskipun kondisi ekonomi global mungkin menuntut pelonggaran.

Situasi ini diperumit oleh tekanan politik. Terdapat laporan bahwa Presiden Trump sedang mempertimbangkan calon pengganti Powell, dengan prioritas pada kandidat yang lebih bersedia untuk memangkas suku bunga. Tekanan semacam ini mengancam independensi The Fed dan menambah lapisan ketidakpastian baru bagi pasar keuangan.

Peristiwa Ekonomi Kunci di Bulan Juli

Kalender ekonomi AS untuk bulan Juli dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa penting yang dapat secara signifikan mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan The Fed dan, consequently, harga emas.

Notulen Rapat FOMC (9 Juli): Publikasi notulen dari pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) sebelumnya akan menjadi sorotan utama. Pelaku pasar akan membedah setiap kata dalam dokumen ini untuk mencari petunjuk tentang bagaimana para gubernur The Fed memandang dampak tarif terhadap prospek inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Waktu rilisnya yang bertepatan dengan tenggat waktu tarif AS-UE dapat menciptakan badai volatilitas yang sempurna.

Data Inflasi CPI AS (15 Juli): Ini dapat dibilang merupakan rilis data paling krusial di bulan Juli. Angka inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan (konsensus pasar memperkirakan kenaikan tipis inflasi tahunan menjadi 2,5% dari 2,4%) akan memperkuat argumen bagi The Fed untuk mempertahankan sikap hawkish, yang pada gilirannya akan memperkuat Dolar AS dan menekan harga emas. Sebaliknya, data inflasi yang secara mengejutkan lebih rendah akan meningkatkan probabilitas pemangkasan suku bunga dan menjadi katalis bullish yang sangat kuat untuk emas.

Pilar Pengaruh Ganda: Dolar dan Utang

Dua faktor struktural yang terus-menerus mempengaruhi emas adalah pergerakan Dolar AS dan tingkat utang pemerintah AS.

Indeks Dolar AS (DXY): DXY memiliki korelasi negatif yang kuat secara historis dengan harga emas. Secara paradoks, pengumuman tarif yang meningkatkan risiko global justru telah memperkuat Dolar AS, karena modal global mencari perlindungan di mata uang cadangan utama dunia. Dinamika ini menciptakan hambatan (headwind) yang signifikan bagi emas, membatasi potensi kenaikannya.

Utang Pemerintah: Defisit anggaran AS diproyeksikan mendekati $2 triliun pada tahun 2025. Tumpukan utang yang masif, yang diperburuk oleh pemotongan pajak baru-baru ini, menimbulkan kekhawatiran jangka panjang tentang keberlanjutan fiskal AS dan nilai intrinsik dolar. Isu struktural ini menjadi pendorong bullish jangka panjang bagi emas, yang berfungsi sebagai "fiat alternatif" atau bentuk uang yang tidak dapat didevaluasi oleh kebijakan pemerintah.

Dalam lingkungan saat ini, emas dan Dolar AS menunjukkan perilaku yang kompleks. Keduanya bersaing sebagai aset safe haven, namun juga saling menekan. Ketika perang dagang yang diinisiasi AS menciptakan ketidakpastian ekonomi global, modal mengalir ke aset-aset yang dianggap aman. Dua tujuan utama aliran modal ini adalah Dolar AS (karena likuiditas dan statusnya sebagai mata uang cadangan) dan Emas (karena sejarahnya sebagai penyimpan nilai di luar kendali pemerintah manapun).

Akibatnya, berita perang dagang cenderung mendorong permintaan untuk kedua aset tersebut. Namun, di sinilah letak ketegangannya. Harga emas secara global dinominasikan dalam Dolar AS. Kenaikan nilai DXY secara mekanis membuat emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan dan menciptakan tekanan jual.

Ini menciptakan sebuah paradoks: pemicu yang sama (risiko geopolitik) mendorong permintaan untuk keduanya, namun kekuatan salah satunya (dolar) menekan harga yang lain (emas). Agar emas dapat menembus level resistance yang signifikan seperti US$3.400, komponen "ketakutan geopolitik" harus menjadi begitu kuat sehingga mampu mengalahkan hambatan dari "dolar yang kuat". Skenario ini bisa terjadi jika perang dagang meningkat ke titik di mana ia secara serius mengancam pertumbuhan global atau stabilitas sistem keuangan, membuat sifat non-pemerintah emas lebih menarik daripada likuiditas dolar.

Sintesis Proyeksi dan Sentimen Pasar: Menuju Target $3.400?

Untuk membentuk pandangan yang seimbang, analisis ini mensintesis berbagai proyeksi dari lembaga keuangan terkemuka dan mengukur sentimen pasar saat ini. Evaluasi ini menempatkan target harga US$3.400 dalam konteks yang lebih luas.

Evaluasi Proyeksi "SimpleStrategy By SimpleCuan"

Proyeksi dari "SimpleStrategy By SimpleCuan" yang menargetkan harga emas mencapai US$3.400 pada bulan Juli bukanlah sebuah prediksi yang ekstrem atau tanpa dasar. Ketika ditempatkan di antara berbagai prakiraan dari institusi global, target ini berada dalam rentang yang masuk akal. Sebagai contoh, State Street Global Advisors (SSGA) menempatkan skenario dasar (base case) mereka pada rentang US$3.100−US$3.500, sementara skenario bull case dari WisdomTree mencapai US$3.450. Hal ini memberikan tingkat kredibilitas pada target tersebut.

Namun, penting untuk ditekankan bahwa pencapaiannya bersifat kondisional. Target US$3.400 kemungkinan besar hanya akan tercapai jika serangkaian katalis bullish terwujud, seperti eskalasi perang dagang yang signifikan yang disertai dengan pelemahan Dolar AS akibat sinyal dovish dari The Fed.

Konsensus Para Ahli: Spektrum Pandangan

Pandangan para analis dan lembaga keuangan terhadap prospek emas sangat beragam, mencerminkan ketidakpastian yang tinggi di pasar saat ini.

Skenario Bullish / Kisaran Tinggi:

Skenario Netral / Konsolidatif:

Skenario Bearish / Kisaran Rendah:

Mengukur Sentimen Pasar: Perbedaan Wall Street vs. Main Street

Survei Emas Mingguan terbaru dari Kitco News mengungkapkan adanya perbedaan sentimen yang tajam antara analis profesional dan investor ritel:

Dukungan Struktural: Bank Sentral dan ETF

Di luar sentimen jangka pendek, terdapat dua pilar dukungan struktural yang kuat untuk emas. Pertama, pembelian oleh bank sentral global tetap menjadi sumber permintaan yang solid. Didorong oleh strategi diversifikasi cadangan dan tren de-dolarisasi, bank sentral terus mengakumulasi emas, yang membantu menciptakan "lantai harga" yang kuat di pasar.

Kedua, arus masuk dana ke Exchange-Traded Funds (ETF) emas menunjukkan kebangkitan pada awal 2025. Meskipun telah termoderasi, total kepemilikan ETF masih berada di bawah puncaknya beberapa tahun lalu, yang berarti masih ada ruang signifikan bagi investor untuk meningkatkan alokasi mereka ke emas.

Sebuah tema yang berulang di antara berbagai sumber ahli adalah bahwa lanskap fundamental telah bergeser secara permanen, yang mengakibatkan "reset lantai harga" emas ke level yang lebih tinggi. SSGA secara eksplisit menyatakan bahwa "US$3.000/oz adalah US$2.000/oz yang baru". Analis lain seperti Peter Schiff dikutip mengatakan bahwa emas "tidak akan pernah kembali ke US$2.000". Bank Dunia juga memproyeksikan harga akan tetap "jauh di atas norma historis" hingga 2026. Alasannya adalah kombinasi pendorong struktural jangka panjang: risiko geopolitik yang persisten, tren de-dolarisasi dan pembelian oleh bank sentral, serta masalah utang pemerintah yang sulit diatasi. Ini merupakan sebuah pemahaman krusial untuk strategi investasi, yang menyiratkan bahwa bahkan jika target US$3.400 tidak tercapai dalam waktu dekat dan terjadi koreksi, penurunan harga kemungkinan akan terbatas dan lebih cenderung dilihat sebagai peluang beli dalam sebuah rezim harga baru yang lebih tinggi.

Ringkasan Proyeksi Harga Emas dari Lembaga-Lembaga Besar: